
- by admin
- 0
- Posted on
Menjelajahi Kekayaan Bahasa Jawa: Contoh Soal dan Pembahasan Lengkap untuk Kelas 10 Semester 1
Pendahuluan
Bahasa Jawa, sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang paling berharga di Indonesia, memegang peranan penting dalam membentuk identitas dan karakter masyarakat Jawa. Mempelajari Bahasa Jawa bukan sekadar menguasai tata bahasa atau kosa kata, melainkan juga menyelami filosofi hidup, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Bagi siswa kelas 10, semester 1 adalah fase awal yang krusial untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap Bahasa Jawa, yang mencakup berbagai aspek mulai dari aksara, unggah-ungguh basa, tembang macapat, hingga cerita rakyat dan paribasan.
Artikel ini disusun untuk membantu siswa kelas 10 dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian semester 1 Bahasa Jawa. Kami akan menyajikan berbagai contoh soal dari materi-materi pokok yang biasa diajarkan, dilengkapi dengan jawaban dan pembahasan mendalam. Tujuannya adalah tidak hanya memberikan solusi, tetapi juga menjelaskan konsep di balik setiap jawaban, sehingga siswa dapat memahami materi secara komprehensif. Mari kita mulai perjalanan ini untuk menyingkap kekayaan Bahasa Jawa!
Materi Pokok Bahasa Jawa Kelas 10 Semester 1
Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita ulas sekilas materi-materi pokok yang umumnya diajarkan pada kelas 10 semester 1:
- Aksara Jawa: Meliputi aksara carakan (nglegena), pasangan, sandhangan (swara, panyigeg wanda, wyanjana), serta penulisan angka Jawa.
- Unggah-Ungguh Basa (Tingkat Tutur): Pemahaman tentang ragam basa Ngoko (lugu dan alus) dan Krama (lugu dan alus), serta penggunaannya dalam berbagai konteks sosial.
- Tembang Macapat: Mempelajari struktur tembang (guru gatra, guru wilangan, guru lagu), jenis-jenis tembang (Pangkur, Kinanthi, Pocung, dll.), serta makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
- Cerita Rakyat/Legenda: Memahami isi, tokoh, latar, amanat, dan nilai-nilai moral dari cerita-cerita rakyat Jawa.
- Paribasan, Saloka, Bebasan: Mengenal, memahami makna, dan mampu menggunakan peribahasa Jawa dalam konteks yang tepat.
- Wacana Deskripsi/Narasi: Kemampuan membaca, memahami, dan menganalisis teks deskripsi atau narasi dalam Bahasa Jawa.
Contoh Soal dan Pembahasan Lengkap
A. Aksara Jawa
Soal 1:
Salinen aksara Jawa ing ngisor iki dadi aksara Latin!
(Tulisan Aksara Jawa: ꧋ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦁꦥꦁꦏꦸꦂ꧉)
Jawaban: Tembang Pangkur.
Pembahasan:
- ꦠꦼ (te): Aksara Ta + Pepet
- ꦩ꧀ꦧ (mb): Aksara Ma + Pasangan Ba
- ꦁ (ng): Aksara Nga
- ꦥꦁ (pang): Aksara Pa + Cecak (ng)
- ꦏꦸ (ku): Aksara Ka + Suku (u)
- ꦂ (r): Aksara Ra + Layar (r)
- ꧉ (pada lingsa): Tanda baca titik.
Penggabungan aksara Ma dengan pasangan Ba membentuk suku kata "mb". Cecak di atas aksara Pa mengubah bunyi "pa" menjadi "pang". Suku pada aksara Ka mengubah "ka" menjadi "ku". Layar pada aksara Ra menambahkan bunyi "r" di akhir suku kata, sehingga menjadi "kur".
Soal 2:
Salinen aksara Latin ing ngisor iki dadi aksara Jawa!
"Pak Budi tindak menyang Surabaya."
Jawaban: ꧋ꦥꦏ꧀ꦧꦸꦢꦶꦠꦶꦤ꧀ꦢꦏ꧀ꦩꦼꦚꦁꦱꦸꦫꦧꦪ꧉
Pembahasan:
- ꦥ (Pa): Aksara Pa
- ꦏ꧀ꦧ (k Bu): Aksara Ka + Pasangan Ba + Suku (u). Aksara Ka mati karena diikuti pasangan.
- ꦸ (di): Aksara Da + Wulu (i)
- ꦠꦶ (ti): Aksara Ta + Wulu (i)
- ꦤ꧀ꦢ (n da): Aksara Na + Pasangan Da. Aksara Na mati karena diikuti pasangan.
- ꦏ꧀ꦩ (k me): Aksara Ka + Pasangan Ma + Pepet (e). Aksara Ka mati karena diikuti pasangan.
- ꦼ (nya): Aksara Nya
- ꦁ (ng): Cecak (ng)
- ꦱꦸ (Su): Aksara Sa + Suku (u)
- ꦫ (ra): Aksara Ra
- ꦧ (ba): Aksara Ba
- ꦪ (ya): Aksara Ya
- ꧉ (pada lingsa): Tanda baca titik.
Kunci dalam penulisan aksara Jawa adalah memahami penggunaan pasangan untuk mematikan aksara sebelumnya dan penggunaan sandhangan untuk mengubah vokal atau menambahkan konsonan tertentu.
Soal 3:
Apa gunane sandhangan "cecak" (ꦁ) ing aksara Jawa? Wenehana tuladha!
Jawaban:
Sandhangan "cecak" (ꦁ) gunane kanggo menehi swara sigeg "ng" ing pungkasan wanda (suku kata).
Tuladha:
- ꦩꦔꦤ꧀ (mangan) – yen ditulis tanpa cecak dadi ꦩꦤꦤ꧀ (manan).
- ꦥꦶꦠꦶꦏ꧀ (pitik) – yen ditulis tanpa cecak dadi ꦥꦶꦠꦶꦏ꧀ (pitik), nanging yen ditulis nganggo cecak dadi ꦥꦶꦠꦶꦏ꧀ꦁ (piting). (Contoh yang lebih tepat untuk cecak adalah seperti "wangsul" menjadi "wang-sul")
- ꦮꦁꦱꦸꦭ꧀ (wangsul)
- ꦒꦫꦁ (garang)
Pembahasan:
Cecak adalah salah satu dari tiga sandhangan panyigeg wanda (sandhangan penutup suku kata) selain wignyan (h) dan layar (r). Fungsinya sangat spesifik untuk menambahkan bunyi "ng" di akhir suku kata. Pemahaman ini penting agar tidak keliru dalam menuliskan kata-kata yang mengandung bunyi "ng" di tengah atau akhir kata.
B. Unggah-Ungguh Basa (Tingkat Tutur)
Soal 4:
Sapa sing kudu nggunakake basa Krama Alus nalika guneman? Wenehana telung (3) tuladha kahanan!
Jawaban:
Basa Krama Alus kudu digunakake dening wong sing luwih enom marang wong sing luwih tuwa, utawa wong sing statuse luwih endhek marang wong sing statuse luwih dhuwur, minangka wujud pakurmatan lan subasita.
Tuladha kahanan:
- Anak guneman karo wong tuwa utawa simbah. (Anak berbicara dengan orang tua atau kakek/nenek).
- Siswa guneman karo guru utawa kepala sekolah. (Siswa berbicara dengan guru atau kepala sekolah).
- Warga guneman karo Pak Lurah utawa pejabat liyane. (Warga berbicara dengan kepala desa atau pejabat lainnya).
Pembahasan:
Krama Alus adalah tingkat tutur tertinggi dalam Bahasa Jawa, menunjukkan penghormatan yang sangat tinggi. Ciri utamanya adalah penggunaan kosa kata krama inggil (untuk subjek yang dihormati) dan krama madya/alus untuk predikat dan objek. Memahami konteks penggunaan Krama Alus sangat penting untuk menunjukkan sopan santun dalam masyarakat Jawa.
Soal 5:
Ubahlah kalimat Ngoko Lugu berikut menjadi Krama Alus:
"Kowe arep menyang ngendi saiki?"
Jawaban:
"Panjenengan badhe tindak pundi sapunika?"
Pembahasan:
Mari kita bedah perubahannya:
- Kowe (kamu, ngoko) menjadi Panjenengan (Anda, krama inggil).
- Arep (akan, ngoko) menjadi Badhe (akan, krama).
- Menyang (pergi ke, ngoko) menjadi Tindak (pergi, krama inggil).
- Ngendi (mana, ngoko) menjadi Pundi (mana, krama).
- Saiki (sekarang, ngoko) menjadi Sapunika (sekarang, krama).
Perubahan ini melibatkan penggantian kosa kata secara keseluruhan, bukan hanya menambahkan imbuhan. Ini menunjukkan betapa kompleksnya sistem unggah-ungguh basa dalam Bahasa Jawa.
Soal 6:
Terangkan perbedaan antara Ngoko Lugu dan Ngoko Alus! Berikan contoh kalimat untuk masing-masing!
Jawaban:
Ngoko Lugu: Ragam basa Ngoko yang paling dasar, digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya yang sudah sangat akrab, orang yang lebih muda, atau orang yang statusnya sama dan sudah sangat akrab. Ciri utamanya adalah semua kata menggunakan kosa kata Ngoko.
Contoh: "Kowe wis mangan durung?" (Kamu sudah makan belum?)
Ngoko Alus: Ragam basa Ngoko yang tetap menggunakan sebagian besar kosa kata Ngoko, namun disisipi beberapa kosa kata Krama Inggil untuk menghormati orang kedua (yang diajak bicara) atau orang ketiga (yang dibicarakan). Digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya yang dihormati, atau orang yang lebih tua namun hubungannya sudah cukup akrab.
Contoh: "Panjenengan wis dhahar durung?" (Anda sudah makan belum?) (Kata "dhahar" adalah krama inggil dari "mangan").
Pembahasan:
Perbedaan utama terletak pada penggunaan kosa kata Krama Inggil. Ngoko Lugu sama sekali tidak menggunakan Krama Inggil, sementara Ngoko Alus menyisipkan Krama Inggil untuk subjek atau objek yang dihormati, meskipun predikat dan kata lainnya tetap Ngoko. Pemahaman ini penting untuk menempatkan diri dalam berbagai situasi komunikasi.
C. Tembang Macapat
Soal 7:
Wacanen tembang Pangkur ing ngisor iki, banjur sebutna guru gatra, guru wilangan, lan guru lagune!
Sekar Pangkur kang winarna,
Lelabuhan kang kanggo wong aurip,
Ala lan becik punika,
Prayoga kawruhana,
Adat waton puniku dipun kadulu,
Miwah ingkang tata krama,
Den kaesthi siyang dalu.
Jawaban:
- Guru Gatra: 7 gatra (larik)
- Guru Wilangan lan Guru Lagu:
- 8a (Se-kar Pang-kur kang wi-nar-na = 8 suku kata, vokal akhir ‘a’)
- 11i (Le-la-bu-han kang kang-go wong au-rip = 11 suku kata, vokal akhir ‘i’)
- 8e (A-la lan be-cik pu-ni-ka = 8 suku kata, vokal akhir ‘e’)
- 7a (Pra-yo-ga kaw-ru-ha-na = 7 suku kata, vokal akhir ‘a’)
- 12u (A-dat wa-ton pu-ni-ku di-pun ka-du-lu = 12 suku kata, vokal akhir ‘u’)
- 8a (Mi-wah ing-kang ta-ta kra-ma = 8 suku kata, vokal akhir ‘a’)
- 8i (Den ka-es-thi si-yang da-lu = 8 suku kata, vokal akhir ‘i’)
Pembahasan:
- Guru Gatra: Adalah jumlah larik (baris) dalam satu bait tembang. Tembang Pangkur selalu memiliki 7 gatra.
- Guru Wilangan: Adalah jumlah suku kata (wanda) dalam setiap gatra.
- Guru Lagu: Adalah hurup vokal terakhir pada setiap gatra.
Memahami struktur ini adalah dasar untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai jenis tembang Macapat.
Soal 8:
Jelaskan makna filosofis dari tembang Pangkur di atas!
Jawaban:
Tembang Pangkur di atas menehi piwulang babagan urip bebarengan lan pentinge tumindak becik. Makna filosofise yaiku:
- Manungsa urip iku kudu ngerti lan tumindak ing dalan kabecikan.
- Kabeh tumindak, apik utawa ala, kudu dimangerteni lan dadi pawulangan.
- Penting banget ngugemi adat, paugeran, lan tata krama ing saben wektu (siang dalu).
- Tembang iki ngajak supaya manungsa tansah eling marang tumindak luhur lan ngendhani tumindak ala sajroning urip.
Pembahasan:
Tembang Macapat tidak hanya indah secara bahasa, tetapi juga kaya akan ajaran moral dan filosofi hidup. Tembang Pangkur seringkali berisi nasihat tentang kehidupan, etika, dan hubungan antarmanusia. Penting bagi siswa untuk tidak hanya menghafal strukturnya, tetapi juga menggali makna mendalam dari setiap bait tembang.
Soal 9:
Sebutna telung (3) ciri utama tembang Kinanthi!
Jawaban:
Telung ciri utama tembang Kinanthi yaiku:
- Guru Gatra: Cacahe gatra saben sapada ana 6. (Jumlah larik setiap bait ada 6).
- Guru Wilangan lan Guru Lagu:
- Gatra 1: 8u
- Gatra 2: 8i
- Gatra 3: 8a
- Gatra 4: 8i
- Gatra 5: 8a
- Gatra 6: 8i
- Watek/Watak: Tembang Kinanthi duwe watak seneng, asih, tresna, lan mituturi (memberi nasihat). Cocok kanggo ngandharake rasa tresna, pangarep-arep, utawa pitutur sing lembut.
Pembahasan:
Setiap jenis tembang Macapat memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari yang lain, baik dari segi struktur (guru gatra, guru wilangan, guru lagu) maupun dari segi watak atau suasana yang dibangun. Memahami ciri-ciri ini membantu siswa mengidentifikasi dan mengapresiasi keunikan masing-masing tembang.
D. Cerita Rakyat/Legenda
Soal 10:
Wacanen cuplikan legenda "Rawa Pening" ing ngisor iki!
Jaman biyen, ing tlatah Jawa Tengah ana sawijining desa kang subur makmur. Nanging, warga desa iku seneng pamer bandha lan ora gelem tetulung marang sapadha-padha. Ing sawijining dina, ana bocah cilik sing lara kusta lan awake kebak borok, jenenge Baru Klinting. Bocah iku ora ana sing gelem nampa, nganti pungkasane dheweke njaluk tulung marang sawijining mbok-mbok tuwa sing welas asih. Bareng wis mari, Baru Klinting banjur males marang warga desa sing padha sombong kuwi.
Sapa paraga utama ing cerita kasebut? Apa watake paraga utama kasebut?
Jawaban:
Paraga utama ing cerita kasebut yaiku Baru Klinting.
Watake Baru Klinting ing wiwitan cerita yaiku welas asih lan sabar (sanajan dheweke lara lan ditampik). Nanging, sawise mari, dheweke uga duwe watak wani lan males marang tumindak ala (marang warga desa sing sombong).
Pembahasan:
Dalam menganalisis cerita rakyat, penting untuk mengidentifikasi tokoh utama dan memahami perkembangan karakternya. Baru Klinting adalah tokoh sentral yang mengalami transformasi dan menjadi agen perubahan dalam cerita tersebut.
Soal 11:
Apa amanat utawa piwulang moral sing bisa dijupuk saka cerita "Rawa Pening" (kanthi mangerteni alur cerita sakabehe)?
Jawaban:
Amanat utawa piwulang moral sing bisa dijupuk saka cerita "Rawa Pening" yaiku:
- Aja dadi wong sing sombong lan lali marang sapadha-padha. (Jangan menjadi orang yang sombong dan lupa terhadap sesama).
- Kudu duwe rasa welas asih lan gelem tetulung marang wong liya. (Harus memiliki rasa kasih sayang dan mau menolong orang lain).
- Tumindak ala bakal entuk piwales sing setimpal. (Perbuatan buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal).
- Aja ngremehake wong liya sanajan katon ringkih utawa ora duwe. (Jangan meremehkan orang lain meskipun terlihat lemah atau tidak punya).
Pembahasan:
Amanat adalah pesan moral atau nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Cerita rakyat selalu mengandung amanat yang relevan dengan kehidupan sosial dan etika.
E. Paribasan, Saloka, Bebasan
Soal 12:
Jelaskan perbedaan antara Paribasan, Saloka, dan Bebasan! Berikan satu contoh untuk masing-masing!
Jawaban:
-
Paribasan: unen-unen kang ajeg panggonane, tegese wantah (apa anane), lan ora ngemu surasa pepindhan (perumpamaan). Isine awujud unen-unen kang ngemu piwulang utawa patrap.
Contoh: Adigang, adigung, adiguna. (Sombong karena kekuatan, kekuasaan, dan kepandaiannya). -
Saloka: unen-unen kang ngemu surasa pepindhan (perumpamaan), nanging sing dipindhanake (diibaratkan) yaiku wonge (manusianya).
Contoh: Kutuk nggendhong mlinjo. (Wong cilik nggendhong barang kang gedhe banget, utawa wong mlarat nggendhong drajat utawa pangkat sing dhuwur banget.) (Orang kecil/miskin membawa barang yang sangat besar, atau orang miskin mendapatkan derajat/pangkat yang sangat tinggi). -
Bebasan: unen-unen kang ngemu surasa pepindhan (perumpamaan), nanging sing dipindhanake yaiku kahanane utawa tindak-tanduke (keadaannya atau tingkah lakunya).
Contoh: Anak polah bapa kepradhah. (Anak berbuat ulah, orang tua yang menanggung akibatnya).
Pembahasan:
Ketiganya adalah bentuk peribahasa dalam Bahasa Jawa, namun memiliki perbedaan fokus dalam perumpamaannya. Paribasan lebih lugas, Saloka mengumpamakan orang, dan Bebasan mengumpamakan perilaku atau keadaan. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk menggunakan peribahasa secara tepat.
Soal 13:
Apa tegese paribasan "Nabok nyilih tangan"?
Jawaban:
Tegese paribasan "Nabok nyilih tangan" yaiku nindakake tumindak ala utawa nglarani wong liya nanging kongkonan wong liya (ora gelem tumindak dhewe). (Melakukan perbuatan buruk atau menyakiti orang lain tetapi menyuruh orang lain (tidak mau bertindak sendiri)).
Pembahasan:
Paribasan ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang pengecut atau licik, yang menggunakan orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuannya yang merugikan.
F. Wacana Deskripsi/Narasi
Soal 14:
Wacanen wacana deskripsi ing ngisor iki!
Gunung Merapi iku salah siji gunung geni sing paling aktif ing Indonesia. Dununge ana ing wates Provinsi Jawa Tengah lan Daerah Istimewa Yogyakarta. Puncak Merapi katon gagah lan endah, sanajan asring ngetokake asep lan lahar. Lemah ing sekitar gunung iki subur banget amarga kena awu vulkanik sing ngandhut mineral. Mula, akeh warga sing dadi petani ing lereng-lereng gunung Merapi. Saliyane iku, gunung iki uga dadi jujugan pariwisata sing narik kawigaten, akeh wisatawan sing kepengin ndelok kaendahan lan aktivitas vulkanik Merapi saka kadohan.
Apa gagasan pokok (ide utama) saka wacana ing dhuwur?
Jawaban:
Gagasan pokok wacana ing dhuwur yaiku Gunung Merapi minangka gunung geni aktif sing nduweni kaendahan, kesuburan lemah, lan dadi jujugan pariwisata.
Pembahasan:
Gagasan pokok adalah inti dari sebuah paragraf atau teks. Untuk menemukannya, bacalah keseluruhan teks dan identifikasi apa yang menjadi topik utama yang dibicarakan. Dalam teks ini, penulis mendeskripsikan Merapi dari berbagai aspek: keaktifan, lokasi, keindahan, kesuburan tanah, hingga potensi wisatanya.
Soal 15:
Saka wacana ing dhuwur, sebutna telung (3) informasi sing nuduhake yen Gunung Merapi iku nduweni mupangat kanggo masyarakat sekitar!
Jawaban:
Telung informasi sing nuduhake yen Gunung Merapi nduweni mupangat kanggo masyarakat sekitar yaiku:
- Lemah ing sekitar gunung iki subur banget amarga kena awu vulkanik sing ngandhut mineral. (Tanah di sekitar gunung ini sangat subur karena terkena abu vulkanik yang mengandung mineral).
- Akeh warga sing dadi petani ing lereng-lereng gunung Merapi. (Banyak warga yang menjadi petani di lereng-lereng gunung Merapi).
- Gunung iki uga dadi jujugan pariwisata sing narik kawigaten. (Gunung ini juga menjadi tujuan pariwisata yang menarik perhatian).
Pembahasan:
Dalam membaca teks deskripsi, kita perlu mampu mengidentifikasi detail-detail spesifik yang mendukung ide utama. Informasi-informasi ini secara langsung menunjukkan dampak positif keberadaan Merapi bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Tips Belajar Efektif untuk Bahasa Jawa Kelas 10
- Praktik Aksara Jawa Secara Rutin: Jangan hanya menghafal, tetapi seringlah menulis dan membaca Aksara Jawa. Mulailah dari kata sederhana, lalu kalimat, hingga paragraf.
- Pahami Konsep Unggah-Ungguh: Jangan hanya menghafal kosa kata Krama, tetapi pahami kapan dan kepada siapa ragam basa tertentu harus digunakan. Latih diri dengan membuat dialog dalam berbagai konteks.
- Dengarkan dan Tonton Konten Berbahasa Jawa: Mendengarkan lagu-lagu Jawa, menonton wayang, atau film berbahasa Jawa dapat membantu melatih pendengaran dan memperkaya kosa kata.
- Bentuk Kelompok Belajar: Diskusi dengan teman dapat membantu memecahkan kesulitan dan saling berbagi pemahaman, terutama untuk materi yang membutuhkan interpretasi seperti tembang atau cerita rakyat.
- Manfaatkan Kamus Bahasa Jawa: Selalu sediakan kamus (baik fisik maupun digital) untuk mencari arti kata yang tidak dimengerti, terutama saat membaca teks berbahasa Jawa.
- Jangan Takut Salah: Bahasa adalah proses belajar. Kesalahan adalah bagian dari pembelajaran. Beranilah mencoba berbicara atau menulis dalam Bahasa Jawa.
Kesimpulan
Mempelajari Bahasa Jawa di kelas 10 semester 1 adalah fondasi penting untuk memahami kekayaan budaya Jawa. Materi-materi seperti Aksara Jawa, Unggah-Ungguh Basa, Tembang Macapat, Cerita Rakyat, dan Paribasan bukan hanya sekadar pelajaran, melainkan jendela menuju kearifan lokal yang mendalam. Dengan rajin berlatih mengerjakan soal-soal, memahami konsep dasarnya, dan menerapkan tips belajar efektif, Anda pasti akan meraih hasil yang memuaskan.
Semoga contoh soal dan pembahasan lengkap ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi para siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian. Tetap semangat belajar dan lestarikan Bahasa Jawa!